Dr. Subandrio dan Visi Geopolitik Asia: Kemandirian dan Tantangan Bantuan Asing

Makassar -Lemkiranews.Id

Wawancara eksklusif antara Dr. Subandrio, Menteri Luar Negeri Indonesia, dan reporter asing Russell Henderson dilakukan setelah Dr. Subandrio kembali dari perjalanannya ke Tiongkok, Filipina, Jepang, dan Singapura. Mengingat Dr. Subandrio aktif sebagai Menteri Luar Negeri pada era 1950-an hingga 1960-an, diulas kembali oleh penulis Syarif Al Dhin dalam sebuah video jaman dulu pada Rabu (26/2/2025).

Dalam wawancara dengan seorang reporter asing Russell Henderson sekembalinya dari lawatan diplomatik ke Tiongkok, Filipina, Jepang, dan Singapura, Menteri Luar Negeri Indonesia, Dr. Subandrio, menyampaikan pandangannya tentang peran negara-negara Asia dalam menjaga stabilitas kawasan. Pernyataannya mencerminkan sikap politik luar negeri Indonesia yang non-blok, serta keyakinannya bahwa negara-negara Asia harus lebih proaktif dalam menentukan masa depan mereka sendiri.

Dr. Subandrio menekankan bahwa negara-negara Asia tidak boleh hanya fokus pada masalah domestik, tetapi juga harus bertanggung jawab atas stabilitas dan keamanan kawasan. Menurutnya, setelah memperoleh kemerdekaan, banyak negara di Asia lebih banyak disibukkan dengan urusan dalam negeri sehingga kurang memperhatikan tanggung jawab kolektif mereka dalam menjaga keamanan regional.

Hal ini, menurut Subandrio, membuka peluang bagi negara-negara lain di luar Asia untuk lebih terlibat dalam urusan kawasan. Meski bantuan luar negeri dalam beberapa hal bisa bermanfaat, ia memperingatkan bahwa ketergantungan berlebihan terhadap kekuatan asing dapat merugikan kepentingan jangka panjang negara-negara Asia sendiri.

Ketika ditanya tentang bentuk bantuan yang dimaksud, Dr. Subandrio tidak secara spesifik menyebutkan jenis bantuan tertentu, tetapi implikasi dari jawabannya jelas: negara-negara Asia membutuhkan dukungan, tetapi bukan dalam bentuk intervensi yang menghambat kemandirian mereka. Bantuan ekonomi, teknologi, dan diplomasi mungkin bisa diterima, tetapi tanpa mengorbankan kedaulatan dan kepentingan nasional masing-masing negara.

Visi ini sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang dikenal dengan politik luar negeri bebas aktif. Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, berupaya menjaga keseimbangan dalam hubungannya dengan negara-negara Barat dan Blok Timur.

Dalam wawancara tersebut, reporter menyinggung posisi Indonesia yang dianggap netral di tengah ketegangan Perang Dingin. Menanggapi hal ini, Dr. Subandrio menegaskan bahwa Indonesia memang tidak berpihak pada salah satu blok kekuatan besar. Ia menolak gagasan bahwa aliansi militer adalah solusi utama dalam menghadapi ketegangan global.

Sebaliknya, Indonesia berusaha menjalin hubungan ekonomi yang luas tanpa membatasi diri hanya pada negara-negara Barat. Pendekatan ini memungkinkan Indonesia membangun hubungan yang baik dengan negara-negara komunis maupun negara lain yang memiliki sistem pemerintahan berbeda.

Pernyataan Dr. Subandrio mencerminkan keyakinan kuatnya pada kemandirian bangsa-bangsa Asia dalam menentukan nasib mereka sendiri. Namun, sejarah kemudian menunjukkan bahwa tantangan geopolitik yang dihadapi negara-negara berkembang tidak selalu memungkinkan mereka untuk benar-benar terbebas dari pengaruh kekuatan besar dunia.

Dalam konteks Indonesia, kebijakan luar negeri yang ia jalankan pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang menyeretnya dalam pergolakan politik domestik. Pasca peristiwa G30S tahun 1965, ia dituduh memiliki kedekatan dengan blok komunis dan dijatuhi hukuman berat oleh rezim Orde Baru.

Meski demikian, pemikirannya tentang kemandirian negara-negara Asia dalam menjaga stabilitas dan membangun masa depan mereka sendiri tetap relevan. Dunia saat ini masih menghadapi dinamika geopolitik yang kompleks, dan visi Dr. Subandrio tentang keseimbangan serta tanggung jawab regional masih menjadi bahan refleksi bagi para pemimpin Asia masa kini. (SAD/Red)

#Editor:Syarif Al Dhin#

Risal
Author: Risal

Pemimpin Umum /Pemimpin Redaksi Lemkiranews.id

Pos terkait