Luwu- Lemkiranews.Id
Di sebuah desa terpencil di pegunungan Sulawesi Selatan, seorang murid bernama Baco (13) menjadi simbol kegigihan generasi muda dalam mengejar pendidikan.
Baco setiap hari harus berjalan kaki sejauh 7 kilometer melewati jalan berbatu dan sungai kecil hanya untuk sampai ke sekolahnya. Ia berangkat pagi buta, kadang tanpa alas kaki, dengan bekal sederhana dari ibunya yang sehari-hari bekerja sebagai petani jagung.
Meski fasilitas sekolahnya terbatas – hanya memiliki beberapa ruang kelas sederhana dengan papan tulis yang mulai usang – semangat Baco untuk belajar tak pernah padam. Ia bercita-cita menjadi guru agar bisa kembali mengajar di kampungnya sendiri. Sabtu (16/8/2025)
“Kalau saya besar, saya mau jadi guru supaya anak-anak di desa tidak lagi harus jauh-jauh untuk sekolah,” ujar Baco dengan penuh harapan.
Para guru di sekolah tersebut menyebut Baco sebagai murid yang istimewa. Selain rajin, ia sering membantu teman-temannya yang kesulitan memahami pelajaran. Bahkan di rumah, ia sering belajar dengan hanya ditemani cahaya lampu minyak.
Kisah Baco mencerminkan realitas banyak anak-anak di pelosok negeri yang masih berjuang mendapatkan akses pendidikan layak. Namun, semangat dan tekad mereka menjadi cermin bahwa pendidikan adalah harapan dan jalan menuju perubahan hidup.
Melalui kisah Baco, masyarakat diingatkan bahwa masih banyak anak Indonesia yang membutuhkan perhatian, baik berupa fasilitas pendidikan, dukungan beasiswa, maupun perhatian pemerintah. Dengan gotong royong semua pihak, cita-cita anak-anak pelosok bisa terwujud. (Red)
#Editor: Syarif Al Dhin#