Bukan Sekadar Tambang: Ini Harapan Warga Luwu Setelah Relokasi Adat

Rante Balla, Luwu, LemkiraNewsID — Suasana hangat menyelimuti kawasan pegunungan Rante Balla, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, ketika pernyataan tegas dan simbolik datang dari masyarakat rumpun adat Kande Api. Di hadapan para tokoh masyarakat dan perwakilan perusahaan tambang, Parengnge Kande Api, Edy Lembangan, secara terbuka membentangkan spanduk yang bertuliskan:

“Kami Rumpun Adat Kande Api, Siap Merelokasi Kuburan dan Mendukung Percepatan Investasi oleh PT. Masmindo Dwi Area, Demi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.”

Pernyataan ini menegaskan komitmen komunitas adat Kande Api untuk mendukung kelangsungan proyek tambang emas PT. Masmindo Dwi Area yang kini memasuki tahap percepatan investasi. Tidak hanya berupa lisan, tetapi ditunjukkan secara visual dan langsung oleh salah satu pemimpin adat paling dihormati di kawasan pegunungan Latimojong, Rabu (2/6/2025)

Bagi masyarakat adat Toraja di Latimojong, merelakan tanah leluhur untuk relokasi kuburan adalah keputusan yang sangat besar dan tak diambil dengan mudah. “Membuka tanah kuburan sama artinya dengan membuka pintu sejarah. Tapi kami percaya, jika dilakukan dengan hormat dan tujuan yang baik, leluhur akan merestui,” ungkap Edy Lembangan dalam pernyataan singkatnya usai membentangkan spanduk.

Edy menegaskan bahwa dukungan terhadap PT. Masmindo bukan semata karena kompensasi, melainkan sebagai bentuk kesadaran kolektif untuk mengambil bagian dalam perubahan zaman. “Kami tidak ingin menjadi penonton di tanah sendiri. Maka kami ikut, mendukung, dengan harapan ke depan lebih baik.”

Sebelumnya, pada Sabtu (28/6), rumpun Kande Api telah melakukan relokasi 18 titik kuburan dari area konsesi tambang ke tempat pemakaman umum yang disediakan PT. Masmindo. Prosesi relokasi dilakukan dengan tata cara adat Toraja, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan warisan spiritual mereka.

Dukungan ini menjadi sinyal positif dalam dinamika sosial antara masyarakat adat dan perusahaan tambang. Pihak PT. Masmindo pun menyambut baik pernyataan tersebut. “Kami mengapresiasi keberanian dan kebijaksanaan rumpun Kande Api. Ini menjadi pijakan penting dalam membangun kemitraan yang adil dan berkelanjutan,” ujar salah satu perwakilan perusahaan.

Meski pengakuan ini disambut dengan semangat kolaboratif, dinamika internal tetap menyisakan catatan. Beberapa rumpun adat lain, termasuk sebagian keluarga dari rumpun, disebut masih memiliki pandangan berbeda. Isu ketidaksepahaman bahkan sempat memicu aksi blokade oleh salah satu tokoh keluarga yang belum diberi informasi utuh mengenai relokasi kuburan.

Meski demikian, pernyataan Kande Api hari ini membawa angin segar. Setidaknya, masyarakat adat menunjukkan bahwa proses dialog dan kesepahaman masih mungkin dibangun di tengah berbagai perbedaan.

Dengan pengakuan terbuka ini, Rante Balla bukan hanya menjadi titik geografis penting dalam proyek tambang emas, tetapi juga menjadi simbol perjumpaan antara adat dan investasi, antara sejarah dan masa depan.

“Kami sudah memilih. Kami relakan leluhur kami dipindah dengan hormat, agar anak cucu kami tidak lagi hidup dalam kesulitan,” tutup Edy Lembangan dengan mata yang menatap ke pegunungan di kejauhan, tempat sejarah dan harapan bersilangan.

Di balik prosesi relokasi kuburan dan dukungan adat terhadap investasi tambang emas PT. Masmindo Dwi Area, tersimpan harapan besar masyarakat Luwu—khususnya mereka yang tinggal di wilayah pegunungan Latimojong. Harapan yang tumbuh bukan hanya dari janji-janji pembangunan, tetapi dari keyakinan bahwa pengorbanan hari ini akan membuka jalan bagi kesejahteraan generasi berikutnya.

“Kami berharap anak-anak kami tidak lagi harus pergi jauh merantau hanya untuk bekerja,” ujar Andarias, warga Desa Rante Balla. Menurutnya, keberadaan tambang emas harusnya membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat lokal, baik sebagai tenaga kerja di lapangan maupun dalam sektor penunjang lainnya seperti transportasi, logistik, dan UMKM.

Warga juga berharap kehadiran investasi ini dibarengi dengan perbaikan akses infrastruktur, khususnya jalan dan layanan dasar yang selama ini masih terbatas di kawasan pegunungan Latimojong. “Kami sudah puluhan tahun tinggal di wilayah yang sama, tapi baru kali ini pembangunan terasa mulai masuk. Kami berharap jalan-jalan diperbaiki, sinyal komunikasi diperkuat, dan layanan kesehatan dipermudah,” kata Maria Pongtiku, ibu rumah tangga dari Dusun Buntu Kacopo.

Masyarakat Luwu juga ingin memastikan bahwa percepatan investasi tidak serta-merta menghapus jati diri mereka sebagai komunitas adat. Harapan mereka bukan hanya seputar ekonomi, tapi juga agar pihak perusahaan tetap menghormati nilai-nilai budaya, termasuk ritus adat, situs sejarah, dan warisan leluhur.

“Kami rela merelokasi kuburan, tapi bukan berarti kami meninggalkan adat. Kami ingin agar perusahaan juga berkomitmen menjaga nilai-nilai kami,” tegas Yohanis Lembang, tokoh adat muda Kande Api.

Tak kalah penting, warga menginginkan adanya program pendidikan dan beasiswa bagi anak-anak mereka. Harapan ini tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengetahuan di era industri modern. “Tambang ini akan habis suatu saat nanti. Tapi kalau anak-anak kami berpendidikan, mereka bisa bertahan bahkan setelah emas habis,” ujar beberapa masyarakat lokal yang ikut menyaksikan prosesi relokasi.

Relokasi kuburan oleh rumpun adat Kande Api mungkin telah usai secara fisik. Namun secara moral, itu adalah awal dari kontrak sosial baru antara masyarakat adat, negara, dan korporasi.

Kini bola ada di tangan PT. Masmindo Dwi Area dan pemerintah: mampukah mereka menjawab harapan masyarakat Luwu dengan komitmen nyata? Bukan hanya dengan janji atau spanduk dukungan, tetapi dengan aksi jangka panjang yang menyentuh akar persoalan: pekerjaan, pendidikan, infrastruktur, dan kelestarian adat. (SAD/Red)

Catatan Redaksi:

Ketika suara adat menyatu dalam pembangunan, maka yang dibangun bukan hanya infrastruktur dan ekonomi—melainkan juga martabat dan kepercayaan. Semoga pilihan berani ini benar-benar membawa kesejahteraan yang dijanjikan.

 

Syarif Aldin
Author: Syarif Aldin

Pos terkait