Luwu-Lemkiranews.Id
Aksi unjuk rasa yang digelar Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Luwu Raya (Amdal) di depan Kantor DPRD Luwu, Rabu (19/3/2025), berlangsung panas. Demonstrasi yang awalnya berjalan tertib berubah menjadi ricuh dengan pembakaran ban bekas dan aksi saling dorong antara massa dengan aparat keamanan yang berjaga.
Dalam orasinya, Jenderal Lapangan Amdal, Juan, menegaskan bahwa aksi ini adalah bentuk protes terhadap PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS), perusahaan smelter yang beroperasi di daerah tersebut. Massa menyampaikan lima tuntutan utama, termasuk desakan agar perusahaan mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta transparansi hasil investigasi kecelakaan kerja yang menewaskan seorang karyawan, Muh Iksan, pada 12 Maret 2025 lalu.
Selain itu, mereka juga meminta keterbukaan terkait jumlah tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal di PT BMS, menuntut penghentian segala bentuk pelecehan seksual di lingkungan perusahaan, serta mengevaluasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) perusahaan. Bahkan, Amdal mendesak agar aktivitas PT BMS dihentikan sementara waktu hingga semua permasalahan terselesaikan.
Massa aksi berupaya bertemu langsung dengan anggota DPRD Luwu untuk menyampaikan tuntutan mereka. Ketua DPRD Luwu, Ahmad Gazali, sempat turun menemui demonstran dan berusaha meredam ketegangan. Namun, suasana semakin panas ketika terjadi adu argumentasi antara pengunjuk rasa dan pihak dewan.
“Tidak ada yang saya takuti di sini!” ujar Ahmad Gazali saat merespons desakan massa. Pernyataan itu justru memancing reaksi lebih keras dari para demonstran, yang merasa tuntutan mereka tidak ditanggapi serius. Dialog antara massa dan anggota dewan pun berujung pada saling gertak, membuat upaya audiensi gagal terlaksana.
Hingga berita ini diturunkan, pihak manajemen PT BMS belum memberikan pernyataan resmi terkait tuntutan mahasiswa maupun hasil investigasi kecelakaan kerja yang merenggut nyawa Muh Iksan. Padahal, menurut regulasi SMK3, perusahaan seharusnya sudah menyelesaikan klasifikasi dan laporan investigasi terkait insiden tersebut.
Diketahui, Muh Iksan, warga Kelurahan Pentojangan, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo, meninggal dunia saat bekerja di area proyek PT BMS. Hingga kini, detail kronologi kecelakaan masih simpang siur, memicu kecurigaan dan tuntutan transparansi dari berbagai pihak.
Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Luwu Raya menegaskan akan terus mengawal kasus ini hingga ada kejelasan dan pertanggungjawaban dari PT BMS serta pihak terkait. “Kami akan kembali turun ke jalan jika tuntutan kami tidak ditindaklanjuti,” tegas Juan.
Sementara itu, aparat keamanan terus berjaga di sekitar Kantor DPRD Luwu untuk mengantisipasi aksi lanjutan. Situasi di lokasi aksi mulai kondusif menjelang sore hari setelah massa perlahan membubarkan diri. (SDA/Red)
#Editor:Syarif Al Dhin#