JAKARTA – LEMKIRANEWS.Id
Foto-foto dalam video ini menjadi bukti bahwa kami dahulu pernah mendapatkan instruksi dari Presiden Jokowi untuk mengambil alih Partai Demokrat dari SBY dan AHY. Presiden Jokowi ketika itu telah memanfaatkan idealisme politik kami, yang ingin mereformasi Partai Demokrat, agar berubah menjadi partai yang demokratis, terbuka dan tidak dikuasai oleh satu keluarga, namun kemudian malah dimanfaatkan oleh Presiden Jokowi untuk “menghabisi” lawan politiknya, yakni SBY dan AHY.
Pak Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko yang ketika itu menjadi Kepala Staf Presiden, dan dikenal sebagai mantan Panglima TNI yang baik dan disiplin tinggi serta taat Konstitusi, dimanfaatkan pula oleh Presiden Jokowi untuk memimpin perjuangan kami.
Kami semua saat itu memang tengah berjuang habis-habisan untuk tegaknya Konstitusi dan untuk ditaatinya UU Partai Politik, namun Jokowi malah sebaliknya, hanya menginginkan kami merebut Partai Demokrat dari kepemimpinan AHY dan SBY, agar SBY atau AHY dan Partai Demokratnya tidak terus menerus mengkritisi Pemerintahan Jokowi.
Saya tidak terima dengan sikap penghianatan Jokowi ini, yang cuci tangan setelah mempermalukan Kepala KSP, mantan Panglima TNI sekaligus sahabat senior saya, sesama Alumnus Jombang.
Karena pergerakan politiknya Pak Moeldoko melalui KLB itu, Pak Moeldoko dihujat oleh kader-kader Partai Demokrat pimpinan AHY sebagai Begal Politik, namun Jokowi malah tidak bertanggung jawab dan bahkan akhirnya mengangkat AHY sebagai menteri di akhir masa jabatannya…(SHE).
Saiful Huda Ems (SHE). Mantan Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat Hasil KLB Pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko.