PWI Pecah, HPN Kembar: Dahlan Iskan Sindir “Rebutan Piring

Jakarta – Lemkiranews.Id

Perpecahan di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) melahirkan dua perayaan Hari Pers Nasional (HPN) yang berbeda. Fenomena ini menjadi sorotan Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN dan tokoh pers nasional, dalam tulisannya di Disway berjudul “Piring Kembar”.

Dahlan mengungkapkan bagaimana tradisi kehadiran presiden dalam perayaan HPN kini menjadi dilematis akibat dualisme dalam PWI. “Pejabat pemerintah pun sulit mau hadir yang di mana. Akhirnya menjadi gampang: tidak perlu ada yang dihadiri,” tulisnya.

HPN selama ini identik dengan PWI karena hari lahir organisasi tersebut pada 9 Februari dijadikan sebagai perayaan nasional bagi insan pers. Namun, perpecahan di tubuh PWI membuat HPN kini berjalan di dua tempat berbeda, Minggu (9/2/2025).

Pecahnya PWI bermula dari persaingan internal dalam pemilihan ketua umum. Ilham Bintang, tokoh sentral dalam PWI satu dekade terakhir, disebut-sebut memiliki peran besar dalam perubahan peta dukungan. Dahlan menyoroti bagaimana Ilham yang awalnya mendukung Henry Ch. Bangun, kemudian beralih mendukung Zulmansyah Sekedang dalam Kongres Luar Biasa PWI tahun lalu.

Henry, yang merasa masih menjadi ketua umum yang sah, tetap mempertahankan posisinya, sementara Zulmansyah didukung kelompok lainnya. Akibatnya, terjadi dualisme kepemimpinan yang menjalar ke berbagai provinsi.

“Kantor pusat PWI di Gedung Pers Jalan Kebun Sirih Jakarta disegel oleh Dewan Pers. Kursi keanggotaan PWI di Dewan Pers dikosongkan. PWI kehilangan banyak hal,” tulis Dahlan.

Dahlan sendiri menghadiri HPN yang digelar di Banjarmasin, di mana ia menjadi pembicara dalam seminar masa depan media. Ia menyaksikan rangkaian acara seperti gerak jalan, penganugerahan Piala Adinegoro, hingga jamuan makan malam di rumah dinas Gubernur Kalimantan Selatan, Muhidin.

Menariknya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon—sosok yang dekat dengan Presiden Prabowo Subianto—hadir dalam acara tersebut dan memberikan sambutan yang mendapat banyak tepuk tangan.

Namun, Dahlan tidak mengetahui HPN mana yang lebih meriah, karena keduanya berjalan secara paralel.

Dalam tulisannya, Dahlan menegaskan bahwa perpecahan ini bukan seperti pertentangan ideologi pers zaman BM Diah vs Rosihan Anwar, atau antara media pro dan kritis terhadap pemerintah. Menurutnya, konflik ini lebih menyerupai pertengkaran akibat “rebutan piring di atas meja”.

Pernyataan ini menjadi sindiran tajam terhadap dinamika internal PWI yang lebih didorong oleh kepentingan pribadi dan kelompok ketimbang perbedaan prinsip dalam dunia jurnalistik.

Di tengah perpecahan PWI dan HPN yang kembar, Dahlan Iskan menyadari bahwa Disway, media digital yang ia dirikan, juga seharusnya merayakan ulang tahun ke-7 pada hari yang sama.

Ia mengungkapkan bahwa pemilihan tanggal 9 Februari sebagai hari lahir Disway dilakukan agar bertepatan dengan HPN. Namun, ia tidak menyangka bahwa di tahun ke-7 perjalanannya, HPN justru terpecah menjadi dua.

“Toh dengan atau tanpa PWI, media akan terus berjalan,” tulisnya, menutup refleksi kritisnya terhadap dinamika pers di Indonesia.

Perpecahan di tubuh PWI menandakan bahwa dunia pers di Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, bukan hanya dari sisi bisnis media yang terus berubah, tetapi juga dari dinamika internal organisasi profesi wartawan.

Dahlan Iskan menegaskan bahwa tanpa persatuan, organisasi seperti PWI bisa semakin kehilangan relevansinya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa media dan jurnalisme tidak akan berhenti hanya karena konflik internal organisasi.

“Media akan terus berjalan,” tegasnya.

Kini, pertanyaannya: akankah PWI mampu menyatukan kembali kepengurusannya, atau justru perpecahan ini akan semakin menggerus eksistensinya? (SDA/Red)

#Editor:Syarif Al Dhin.Ang.PPWI#

Risal
Author: Risal

Pemimpin Umum /Pemimpin Redaksi Lemkiranews.id

Pos terkait