Dilema Antara Keinginan dan Kebutuhan Pembelajaran Coding pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia

Penulis: Aliyuddin, S.Pd.
Makassar – Lemkiranews.Id

Dalam beberapa tahun terakhir, pembelajaran coding di satuan pendidikan dasar dan menengah semakin menjadi perhatian.

Keterampilan ini dianggap esensial di era digital, di mana hampir semua aspek kehidupan bersentuhan dengan teknologi. Namun, meskipun keinginan untuk mengintegrasikan coding ke dalam kurikulum semakin kuat, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tantangan besar masih menghambat implementasinya.

Keterbatasan sarana dan prasarana menjadi salah satu hambatan utama. Sekolah-sekolah di perkotaan relatif lebih baik dalam hal akses ke perangkat komputer, jaringan internet, dan sumber daya digital lainnya. Namun, tidak semua sekolah kota memiliki fasilitas yang memadai, terutama sekolah negeri yang sering kali harus berbagi sumber daya dengan jumlah siswa yang besar.

Kondisi ini jauh lebih memprihatinkan di wilayah pedesaan. Banyak sekolah yang bahkan belum memiliki laboratorium komputer. Jika pun ada, perangkat yang tersedia sering kali sudah usang dan tidak mampu mendukung perangkat lunak pembelajaran coding terkini. Belum lagi, akses internet yang lambat atau bahkan tidak tersedia sama sekali membuat pembelajaran coding semakin sulit diterapkan.

Selain keterbatasan sarana, tantangan juga datang dari tenaga pengajar. Di tingkat pendidikan dasar, banyak guru belum memiliki kompetensi dalam bidang teknologi informasi, apalagi coding. Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi ini memang sudah mulai diadakan, namun cakupannya masih terbatas. Guru di wilayah pedesaan sering kali terlewatkan dari program pelatihan karena kendala akses dan biaya.

Kondisi ini menyebabkan banyak guru merasa tidak percaya diri untuk mengajarkan coding. Padahal, keberhasilan integrasi coding dalam kurikulum sangat bergantung pada kesiapan tenaga pengajar. Ketika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai, pembelajaran coding cenderung hanya menjadi formalitas tanpa memberikan dampak signifikan bagi siswa.

Keinginan untuk memasukkan coding dalam kurikulum sering kali berbenturan dengan kebutuhan dasar lainnya yang belum terpenuhi. Sekolah-sekolah yang masih kekurangan fasilitas dasar seperti meja, kursi, atau buku pelajaran tentu akan kesulitan jika dipaksa menyediakan komputer dan internet. Di sisi lain, menunda pembelajaran coding juga berarti semakin tertinggalnya generasi muda Indonesia dalam menghadapi persaingan global.

Solusi untuk dilema ini memerlukan pendekatan yang holistik. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan, terutama untuk memperbaiki sarana dan prasarana di daerah terpencil. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta dan komunitas teknologi juga perlu ditingkatkan untuk mempercepat pemerataan akses dan pelatihan guru.

Untuk mengintegrasikan pembelajaran coding ke dalam kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah secara efisien, perlu diterapkan pendekatan yang sesuai dengan kemampuan siswa di setiap tingkatan pendidikan. Pada tingkatan Sekolah Dasar dengan tujuan Mengenalkan konsep dasar logika pemrograman dan computational thinking melalui aktivitas yang menyenangkan. Pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama dengan tujuan Memperdalam pemahaman logika pemrograman dengan fokus pada penyelesaian masalah sederhana.

Dan pada tingkatan Sekolah Menengah Atas dengan tujuan Membekali siswa dengan keterampilan coding yang lebih spesifik dan aplikatif, sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan studi lanjut.
Dilema antara keinginan dan kebutuhan dalam pembelajaran coding di satuan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia tidak dapat diabaikan.

Meskipun tantangan besar masih membayangi, komitmen bersama dari pemerintah, sekolah, dan masyarakat dapat menjadi kunci untuk mewujudkan pendidikan yang merata dan relevan dengan tuntutan zaman. Coding bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga membuka pintu bagi anak-anak Indonesia untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital global. Jika tidak dimulai sekarang, kita mungkin akan terus tertinggal di masa depan.

Dengan teknis pelaksanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa di setiap jenjang pendidikan, pembelajaran coding dapat menjadi bagian integral dari pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Hal ini akan membantu menyiapkan generasi muda yang tangguh dan siap menghadapi tantangan era digital.(RDK)

Risal
Author: Risal

Pemimpin Umum /Pemimpin Redaksi Lemkiranews.id

Pos terkait