Palopo, Lemkiranews.id – Upaya memperkuat ketahanan pangan nasional kian menggeliat di Sulawesi Selatan. Relawan Prabowo (RePro) wilayah Luwu dan Palopo menggelar konsolidasi strategis guna mendorong percepatan program Percetakan Sawah Nasional, salah satu program prioritas Presiden RI, Prabowo Subianto.
Pertemuan yang berlangsung pada Sabtu (3/5/2025) di kediaman seorang tokoh adat di Kota Palopo ini dihadiri berbagai elemen, mulai dari relawan, pemerintah daerah, tokoh pemuda, hingga komunitas adat.
Ketua Umum RePro Luwu, Urip Kasi Prihartati, SH., menegaskan pentingnya sinergi antara pusat dan daerah dalam menjalankan visi besar Presiden untuk kemandirian pangan.
“RePro hadir sebagai jembatan aspirasi. Kami ingin memastikan bahwa program-program pemerintah pusat, khususnya di sektor pangan, bisa dijalankan dengan baik di daerah. Akses dari daerah ke pusat harus terbuka lebar seperti jalan tol untuk kepentingan rakyat,” ujar Kasi.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Sekretaris BAPENDA Kabupaten Luwu, Ismail SE, yang juga bertindak sebagai Pembina RePro, menekankan kesiapan pihaknya dalam memfasilitasi proses administrasi dan koordinasi lintas elemen.
“Kami siap mendampingi dari sisi administratif, membuka ruang komunikasi antarpihak—baik kelompok tani, tokoh adat, maupun pemuda. Ini bukan sekadar program pusat, tapi peluang emas bagi Luwu Raya untuk bangkit melalui sektor pertanian,” tegasnya.
Tak hanya pemerintah dan relawan, suara dukungan kuat juga disuarakan kalangan pemuda. Tokoh pemuda Luwu, Sarifuddin, berharap program ini tidak berhenti sebagai agenda seremonial semata.
“Kami ingin pemuda diberi peran nyata. Banyak lahan tidur yang bisa diolah jika dibarengi pelatihan, akses pembinaan, dan pendampingan. Bukan hanya jadi tenaga kerja, pemuda harus menjadi pelaku utama transformasi pertanian,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, Andi Oddang, tokoh masyarakat Luwu yang juga hadir dalam konsolidasi tersebut, menyampaikan harapannya agar program Percetakan Sawah Nasional ini mampu memperkuat kearifan lokal dalam tata kelola pertanian, tanpa mengabaikan partisipasi masyarakat adat dan petani tradisional.
“Kami berharap pemerintah pusat dan daerah tidak hanya membawa program, tapi juga membuka ruang dialog yang adil dengan masyarakat adat. Sebab tanah dan sawah bukan sekadar lahan produksi, tapi juga bagian dari identitas dan warisan budaya kami,” ungkap Andi Oddang.
Ia juga mendorong agar seluruh proses pelaksanaan dilakukan secara transparan, melibatkan masyarakat sejak tahap perencanaan hingga eksekusi.
Konsolidasi ini menjadi sinyal kuat akan pentingnya kolaborasi lokal dalam menopang kebijakan nasional. Di tengah tantangan krisis pangan global, Luwu-Palopo mulai bergerak menunjukkan bahwa kekuatan pangan Indonesia terletak pada akar rumput yang bersatu dan siap berdaulat.
Kegiatan ditutup pukul 16.30 WITA dengan sesi foto bersama, menandai komitmen bersama untuk membangun ketahanan pangan dari tanah Luwu-Palopo untuk Indonesia. (Red)
Editor: Syarif Al Dhin